Minggu, 08 Februari 2015

TASK ABOUT MARKETING RESEARCH






   Unilever Indonesia adalah perusahaan yang dikenal luas sebagai perusahaan yang mampu “melahirkan dan membesarkan” berbagai brand yang akhirnya menjadi salah satu pemimpin pasar. Selain itu, Unilever Indonesia juga sukses mengakuisisi dan memperbesar brand-brand lokal. Tak perlu lagi dikisahkan kisah sukses Unilever Indonesia membesut Lux, Blue Band, Pepsodent, Lifebuoy, Dove, Pond’s, Royco, Sariwangi, Taro hingga Bango. Namun Unilever pun pernah gagal.

   Salah satu brand besutan Unilever yang gagal adalah Tara Nasiku. Produk nasi instan ini diluncurkan dengan harapan mampu menjadi makanan instan pengganti makanan pokok seperti halnya sukses mie instan.

     Logikanya cukup masuk akal, nasi adalah makanan pokok sebagian besar orang Indonesia, bila ada nasi instan maka akan besar kemungkinan produknya akan diserap dengan baik oleh pasar. Maka Tara Nasiku pun diluncurkan dengan didukung marketing communication yang luar biasa besar. Tapi produk itu gagal.

    Awalnya banyak orang mencoba Tara Nasiku, namun itu rupanya hanya first trial semata. Kelemahan Tara Nasiku yang mencolok adalah untuk menghasilkan nasi instan yang optimal, maka mesti dimasak dengan Teflon, hal inilah yang cukup menyulitkan konsumennya. Selain itu, rasa Tara Nasiku kurang berkenan di lidah kita (ataukah karena cara masaknya yang tidak benar ya ?). Pada intinya, ekspektasi akan rasa dan “instan” dari iklan Tara Nasiku ternyata tidak dipenuhi.







Sudah kita ketahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah nasi, bahkan lebih dari 150 juta penduduk kalau belum makan nasi rasanya belum makan meskipun sudah makan roti tiga bungkus. Dan rata-rata penduduk Indonesia sehari makan tiga kali sehingga kebutuhan akan nasi menjadi sangat tinggi.  Melihat potensi pasar yang sangat besar tersebut  mendorong unilever untuk membuat nasi instant yang diharapkan bisa memenui kebutuhan masyarakat indonesia yang mayotas makanan pokoknya adalah nasi, sehingga lahirlah produk unilever yang dinamakan TARA NASIKU.

Tara nasiku diawal peluncurannya menggunakan media untuk promosi yang besar-besaran bahkan bintang iklanya pun tidak tanggung-tanggung memakai rudi khoirudin(pakas masak tingkat nasional),dan pihak manajemen unilever membackup besar-besaran untuk mensuksesan produk ini.

Diawal peluncurannya masayarakat cukup dibuat penasaran untuk mencoba produk baru dari unilever ini tetapi mereka rata-rata membeli hanya sekali dawal saja selanjutnya tidak berulang lagi pembeliannya.

Setelah dilakukan evaluasi ternyata kondisi ini terjadi disemua tempat sehingga memaksa pihak unilever untuk melihat ulang akan keberadaan produk ini.

Usut punya usut ternyata yang menyebabkan kegagalan penjualan tara nasiku ini adalah Kelemahan Tara Nasiku yang mencolok adalah untuk menghasilkan nasi instan yang optimal, maka mesti dimasak dengan Teflon, hal inilah yang cukup menyulitkan konsumennya. Selain itu, rasa Tara Nasiku kurang berkenan di lidah kita ataukah karena cara masaknya yang tidak benar ya ?

Pada intinya, ekspektasi akan rasa dan “instan” dari iklan Tara Nasiku ini ternyata tidak terpenuhi :
1.    Rasanya gak gitu enak
2.    Nasinya masih keras (kayak makan nasi yg baru di aron)
3.    Daripada beli Tara Nasiku mendingan beli nasi goreng tek-tek yg lewat di depan rumah. 
        Jelas rasanya lebih enak.

ANALISA
Kegagalan taranasiku ini disebabkan oleh :

Tara Nasiku dari Unilever ini merupakan contoh merek yang gagal untuk menghadirkan inovasi baru di pasar Indonesia. Mulanya produk-produk ini dibuat untuk menggebrak pasar makanan instan, Namun ternyata mengubah budaya itu tidak mudah. Mie instan berhasil merubah budaya makan Indonesia, tapi tidak demikian halnya dengan nasi goreng instan. Nasi adalah makanan utama sedangkan mie instan adalah makanan sampingan.

Tidak mudah bagi orang Indonesia makan nasi dengan mengolahnya secara instan. Atau secara teori suatu produk bisa sukses dipasaran apabila memperatikan : (Jahja B, Soenarjo, Chief Consulting Officer Direxion Consulting):

Market readiness atau kesiapan pasar untuk menerima produk baru. kalau target market-nya belum siap, maka produk tersebut pasti akan terhambat.

Edukasi pasar yang berkelanjutan. Edukasi bukan berarti promosi semata. Membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengubah pola pikir dan mengubah budaya.

 Unconfirmity, yang berarti ketidaksesuaian benefit yang ditawarkan dengan ekspektasi pasar atau permintaan laten. “Menciptakan” permintaan bukanlah hal yang mudah. Jika tidak ada latent demand yang kemudian digiring menjadi permintaan efektif, maka bisa menimbulkan kegagalan merek.

Selain itu Perlu effort yang luar biasa untuk merubah habit dan persepsi konsumen bahwa nasi itu ya NASI = beras yang dimasak dengan kadar air dan suhu tertentu.  Lebih dari itu, Nasi juga merupakan sesuatu yangsangat kental dengan kultur Indonesia sehingga dapat memberikan sugesti yangl uar biasa yang susah di gantikan dengan product substitution.

Penyebab kegagalan yang lain adalah disebabkan oleh manajemen yang terlalu memaksakan produk dan tidak memperhatikan hal-hal  seperti Awareness, Availability, Affordability, Benefit deficiency or lack of benefit, dan Very useful or unable to use sehingga mayoritas konsumen tidak melihat banyak keuntungan yang dirasakan dalam proses penyajiannya dan juga habitat konsumen yang sudah terbiasa dengan produk instan lain dibandingkan nasi instan.

Tara nasiku gagal dalam proses memasaknya yang terlalu rumit dan rasanya yang kurang enak.

KESIMPULAN
Sukses suatu produk sangat tergantung :
  1. Awareness, Apakah perusahaan mampu menciptakan awareness bagi produk tersebut dalam waktu singkat?
  2. Availability, Apakah perusahaan memiliki kemampuan dalam mendistribusikan produk tersebut dalam waktu singkat sehingga dapat diperoleh di gerai-gerai terdekat dengan konsumen?
  3. Affordability, Apakah harga yang ditawarkan produk tersebut terjangkau oleh konsumen?
  4. Benefit deficiency or lack of benefit, Apakah manfaat yang ditawarkan produk tersebut penting dan bernilai bagi konsumen?


Very useful or unable to use, Apakah produk tersebut cukup mudah digunakan?
Dari bahasan diatas dapat dilihat bahwa :
  1. Sebenarnya perusahaan sudah dapat membuat produk yang mampu memenuhi keinginan segmen yang selama ini belum ada produk yang masuk di segmen tersebut., tapi karena kurang mampu membaca dengan tepat keinginan konsumen sehingga menyebabkan kurang berhasil.
  2. Sebenarnya perusahaan punya jaringan distribusi yang sangat kuat, sehingga kalau untuk mendistribusikan ke seluruh Indonesia bukan masalah yang sulit bagi unilever.
  3. Harga yang ditawarkan tara nasiku terlalu mahal, sehingga dengan menambah sedikit saja sudah bisa membeli nasi goreng biasa.
  4. Manfaat yang ditawarkan sebenarnya bisa menjawab kebutuan konsumen
  5. Ternyata point inilah yang menyebabkan taranasiku gagal yaitu dalam menyajikan ternyata tidak mudah sehingga pesan instant yang ingin ditonjolkan pada produk ini menjadi gagal total.

     Tapi Unilever bisa belajar dari kegagalan-kegagalan itu. Bisa dilihat bila saat ini Unilever cenderung mengakuisisi brand-brand lokal (Sariwangi, Taro, Bango, Buavita, dll) bagi bisnis makanan dan minumannya, karena brand yang sudah punya nama memiliki resiko lebih kecil. Tinggal pinter-pinternya Unilever membesarkan brand-brand itu.


SOURCE: http://andri.blogdetik.com/2008/04/14/unilever-pun-pernah-gagal/

Selasa, 27 Januari 2015

MARKETING MIX PADA PT CERES








Marketing Mix adalah suatu strategi marketing yang menekankan bagaimana cara menjual produk seefektif mungkin. Berdasarkan data - data yang diperoleh dan dikumpulkan, baik melalui proses komputerisasi maupun data yang dikoleksi berdasarkan langganan, agar proses penjualan berjalan lancar.
Marketing Mix kali ini dilakukan pada strategi marketing PT.CERES yang akan menelaah bagaimana cara ia menjual produknya seefektif mungkin.

          Dalam pemasaran konvensional (real business) terdapat 4 prinsip dasar yang terdiri dari 4P, yaitu:

1. Product
Produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing mix, anda harus mempunyai produk yang bagus, berkualitas. Dan sesuai dengan kebutuhan target pelanggan anda.

Disini produk yang di bahas ialah produk dari PT.CERES yang mempunyai bahan dasarnya merupakan coklat. Terdapat banyak sekali variasi rasa, bentuk, serta jenis coklat yang disediakan. Seperti dibawah ini:





2. Price
          Price atau harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat marketing mix. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat - manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Untuk harga sangat bervariasi dan dinilai cukup terjangkau, berkisar Rp. 8000 – Rp.25.000 disini tentunya harga menentukan kualitas dan ukuran coklat per kemasannya.

3. Place
Diantara 4P dalam marketing Mix, komponen place mungkin kurang banyak diperhatikan oleh para pemasar atau manajemen. Padahal komponen place ini memegang peranan yang sangat penting dalam pemasaran, karena tujuan utama dari pemasaran adalah menyalurkan barang - barang atau jasa, maka diperlukan adanya kegiatan penyaluran yang harus dilalui oleh barang - barang dari produsen ke konsumen pada waktu dan jumlah yang tepat.

Untuk place disini jika produk dan harga telah ditetapkan, kini tinggal menentukan tempatnya. Dalam pembuatan bertempat di Jalan Moh.Toha Bandung. 




Serta yang paling penting ialah untuk memasarkan beragam produknya ia menetapkan place pada supermarket. Karena supermarket salah satu dimana para konsumen berdatangan. Bisa dilihat suasana tempatnya seperti yang dibawah ini:


Adapun pada tempat bermain anak yaitu Kidzania yang dimana ini adalah tempat segala profesi yang bisa diperankan oleh anak-anak. Dan terdapat sebuah silverqueen factory disana. Dengan adanya silverqueen factory anak-anak dipengaruhi oleh pemasaran sebuah coklat dan dengan itu diharapkan minat anak-anak pada coklat dapat meningkat sehingga memperluas pangsa pasar PT.Ceres itu sendiri, seperti dibawah ini:




4. Promotion
Promosi dalam marketing mix meliputi komunikasi pemasaran yang lengkap terpadu yang pada gilirannya meliputi iklan serta promosi penjualan. Promosi juga menentukan segmentasi targeting dan positioning produk.

Cara promosi yang dilakukan oleh PT.Ceres dengan penyebaran brosur belanja yang disebarkan oleh alfamart ataupun giant yang merupakan sebuah supermarket yang cukup ramai diserbu para konsumen. Contohnya seperti yang dibawah ini:






Pada PT.ceres ini promosi yang unik dengan menggunakan moment yang sangat dinanti anak muda yaitu memberikan hadiah sebuah boneka saat hari valentine di setiap pembelian produk coklatnya. Contohnya seperti yang dibawah ini:




WE ARE !!!!!!



Qonitah Zahidah
Bengkulu, 11 oktober 1995
Perum. Citra Raya - Cikupa, Tangerang
kost pondok teruna, buah batu - Bandung
menulis,  shopping, dan nonton film


Ayudia Prillia
Bandung, 10 April 2015
Jalan Sukasari No 25 Cibiru Bandung
Nonton film, baca buku, dengerin musik



M Hilmy Syahrul Ramadhan
Jakarta, 27 januari 1996
Jalan pancoran barat VII B
main badminton dan baca buku,


M Travis jordan
Medan,12 desember 1995
Jln.Parakan 3 no.16 buah batu
lari,renang,gambar
Fachrul Rozi
Bandung,14 november 1994
Jln rancamanyar RT 01/09 no.34 kec.baleendah kab.bandung
Naik gunung,futsal